muamalah

Jihad (Berjuang Dijalan Allah)


Arti Jihad itu sendiri bukanlah perang, apapun dan di manapun yang dilakukan muslim untuk mendapatkan kekuasaan, ketenaran, harta dan kekayaan.

Jihad adalah abstract noun atau masdar dalam bahasa Arab yang asal katanya jahada جاهد yang berarti ‘berjuang dan berusaha keras’.

Jihad dalam konteks keislaman adalah melawan kecenderungan jahat dalam diri sendiri, seperti malas dan dengki.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ

“Jihad yang paling utama adalah berjihad berjuang melawan hawa nafsu.” (ibnu Najjar dari Abu Dzarr).

Jihad artinya berjuang dan berusaha untuk menata masyrakat yang lebih baik dan bermartabat, seperti damai dan saling menghormati.

Jihad maknanya berjuang dan berusaha melawan penindasan dan kedzaliman, seperti pemerkosaan, human trafficking dan korupsi.

Jihad adalah mengakatakan kebenaran dan menegur pemimpin yang dzalim lagi diktator. Rasul bersabda,

أَفْضَلَ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

(Ahmad)

Jihad juga berjuang dan berusaha melindungi diri hanya jika diserang atau ketika terjadi peperangan.

Jihad berarti berusaha meraih haji mabrur dengan memenuhi segala syarat, rukun dan ketentuan wajib di dalamnya:

أَفْضَلَ الجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ

(al-Bukhari)

Berbakti pada orang tua dan menuntut ilmu pun termasuk bagian dari jihad.

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِع

“Siapa saja yang keluar rumahnya untuk menuntut ilmu, maka dia fisabilillah hingga pulang.” (at-Tirmizi)

Siapa Saja Bisa Berjihad, Termasuk Orang Kafir
Berdasarkan arti asal katanya, orang nonmuslim juga bisa berjihad. Allah berfirman:

وإن جاهداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصاحبهما في الدنيا معروفا

Jika kedua orang tuamu berjihad untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan bersahabatlah dengan keduanya di dunia dengan baik… (Luqman: 15)

ووصينا الإنسان بوالديه حسنا وإن جاهداك لتشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما

Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada ibu-bapaknya. Jika keduanya berjihad untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya… (al-Ankabut: 8)

Tidak hanya jihad fisabilillah, jihad fii sabili syaithan (berjuang di jalan setan) pun ada. Baca artikel Orang Kafir Membuktikan Kebenaran al-Quran.

Jihad VS Perang
Banyak tokoh orientalis dan liberal menerjemahkan kata ‘jihad’ menjadi ‘perang suci’. Sayangnya, muslim pun latah menggunakannya. Mungkin karena sudah terinfeksi atau termasuk dalam 3 golong di atas.

Padahal, frasa ‘perang suci’ sendiri jika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab adalah ‘harbun moqoddasun’ حرب مقدس.

Untuk Anda yang tidak pernah baca apalagi khatam al-Quran, silakan cek sendiri. Tidak pernah ada kata ‘harbun muqoddasun’ dalam al-Quran dan al-Hadits.

Justru istilah ‘perang suci’ adalah istilah yang digunakan pasukan crusader untuk menyebut perang melawan muslim di Yerussalem.

Untuk memahami satu istilah, haruslah kita melihat siapa yang pertama kali menggunakan kata tersebut agar tidak luput dari konteks dan konsep di dalamnya. Silakan baca artikel Makna Ayat Fitnah Lebih Kejam Dari Pembunuhan.

Memahami kata ‘jihad’ harus dan mutlak membaca Quran dan Hadits;

وجاهدوا في الله حق جهاد

Berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (al-Hajj: 78)

الذين آمنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله وأولئك هم الفائزون

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (at-Taubah: 20)

مَثَلُ المُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ القَائِمِ وَتَوَكَّلَ اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِهِ بِأَنْ يَتَوَفَّاهُ أَنْ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ أَوْ يَرْجِعَهُ سَالِمًا مَعَ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ

Perumpamaan orang yang berjihad seperti orang yang berpuasa dan shalat terus menerus, dan Allah sangat mengetahui orang-orang yang berjihad (ikhlas). Allah telah menjanjikannya surga jika dia terbunuh atau mengembalikanya dengan selamat serta membawa pahala dan rampasan perang. (al-Bukhari)

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ نَغْزُو وَنُجَاهِدُ مَعَكُمْ فَقَالَ: لَكِنَّ أَحْسَنَ الجِهَادِ وَأَجْمَلَهُ الحَجّ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Aisyah berkata: Ya Rasulullah, apakah kami boleh ikut berperang dan berjihad bersama kalian? Rasulullah menjawab “Jihad terbaik dan terindah adalah haji mabrur”. (al-Bukhari)

قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُجَاهِدُ قَالَ لَكَ أَبَوَانِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

Ada seorang laki-laki bertanya pada Rasul ﷺ: Dapatkah aku pergi berjihad? Rasul menjawab “Apakah engkau memiliki orang tua?”, “ya” jawab lelaki itu, Rasulullah menjawab, “Maka berjihadlah dengan melayani keduanya” (al-Bukhari)

أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Seorang laki-laki bertanya pada Nabi Muhammad: “Jihad apakah yang paling baik?” Rasul menjawab,”Mengatakan kebenaran dihadapan penguasa yang dzalim.” (an-Nasai di sahihkan al-Bani)

الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نفسه لله عز وجل

Mujahid adalah orang yang berjihad melawan nafsunya karena Allah. (Hibban)

Konsekuensi Istilah Jihad
Setelah kita membaca dalil-dalil di atas, kita tahu jihad tidak hanya bertempur di medan perang, tapi dapat berubah sesuai sikon (situasi dan kondisi), coba simak fiman Allah ﷻ berikut;

فلا تطع الكافرين وجاهدهم به جهادا كبيرا

Janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an sebagai jihad yang besar. (al-Furqon: 52)

al-Quran mengisyaratkan kita agar berjihad dengannya terhadap orang kafir. Ini artinya kita harus menyampaikan pesan Allah pada mereka, bukan membunuh mereka.

Ayat di atas merupakan perintah untuk kita berbangga terhadap ajaran islam. Bagaimana mungkin kita berdakwah mengajak orang, sedangkan kita minder terhadap agama ini?

Artinya, kita tidak boleh ikut-ikutan menolak penggunaan istilah ‘jihad’ hanya karena media menggoreng kata tersebut dalam konteks terorisme dan radikal.

Penghapusan istilah jihad atau menggantinya dengan ungkapan lain seperti; berusaha keras, susah payah, berjibaku, khususnya dalam kontek dan ranah agama dan penerjemahan adalah kesalahan besar.

Apalagi, sampai ada larangan mengajarkan Bab Jihad dalam kurikulum pesantren dan kitab fiqih. Sangat mungkin, orang-orang yang melakukan aksi bom bunuh diri justru tidak paham apa itu jihad. Setelah diperiksa, ternyata benar. Komplotan itu tidak paham al-Quran, bahkan tidak sedikit yang buta huruf tajwid.

Jihad Bom Bunuh Diri
Terkait ayat di atas, ada sebuah kisah:

Suatu hari ada seorang laki-laki menghadap seorang ulama. Ia sedang kesal terhadap orang-orang yang berada dalam dalam diskotik, “Syaikh, menurut saya orang-orang itu berada dalam maksiat, mereka masuk ke tempat yang banyak khamar, miras dan melakukan khalwat, campur baur antara pria-wanita secara bebas. Saya rasa mereka harus diberi hukuman.”

Ulama itu berkata, “Lalu, apa yang akan kamu lakukan?”

“Saya akan jihad, meledakkan bom bunuh di tempat mereka, dengan begini permasalahan terhadap sampah masyarakat akan selesai.”

“Baik, ada satu hal yang ingin saya tanyakan. Jika kamu melakukan bom bunuh diri di hadapan mereka, lalu mereka mati suul khatimah. Di mana tempat mereka kelak?”

“Tentu saja mereka akan jadi penghuni neraka.”

“Berarti tujuan kamu dan iblis tidak ada bedanya. Menjerumuskan manusia yang bermaksiat ke dalam neraka. Padahal iblis itu musuh kamu.”

إن الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدوا إنما يدعو حزبه ليكونوا من أصحاب السعير

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (al-Fatir: 6)

Seorang muslim seharusnya berdakwah kepada orang-orang yang berada dalam kemaksiatan dengan akhlak yang baik sehingga mereka bisa keluar dari kemaksiatan tersebut, bukannya malah menyegerakan mereka untuk masuk ke dalam neraka.

Karenanya, tidak ada satupun Risalah yang diutus untuk berbuat demikian, Allah memerintahkan agar kita mengeluarkan orang yang berbuat salah dari kegelapan menuju cahaya.

Ingat, Nabi Muhammad pernah dilempari batu hingga luka dan berdarah, kemudian malaikat Jibril meminta izin agar para penduduk kafir Thaif itu ditimpa dengan gunung, lalu Rasul melarangnya sambil berfikir positif bahwa suatu saat keturunan mereka akan beriman.

Inilah mengapa jihad tebesar adalah jihad melawan hawa nafsu. Kita berdakwah dengan kitabullah, kemudian kita marah karena ditolak, jangan-jangan marah kita adalah nafsu, bukan fisabilillah.

Inilah makna jihad dalam Islam yang harus selalu kita pegang teguh dan tidak boleh dilupakan, menyampaikan nilai-nilai al-Quran tentunya dengan kasih dan sayang, karena al-Quran sendiri adalah rahmat.

Jangan sampai karena kurang mengerti agama sendiri, kita salah menyikapi paham golongan dan agama lain. Lebih-lebih saudara muslim kita yang lain terfitnah dan kita menjadi fitnah bagi nonmuslim. Naudzubillah …

About Unknown

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.